Selasa, 15 Februari 2011

UNTITLED



                Banyak masalah yang bermula serta muncul karena cinta. Hal inilah yang terkadang dialami oleh para remaja SMA yang sedang galau. Mereka selalu merasa dunia ini terasa sempit,  sudah tidak ada lagi masa depan  bahkan kehidupan bagi mereka yang sedang patah hati. Hal inipun pernah aku rasakan dan memang seperti itu rasanya.
                Namaku Aulrenno Dimaswara, teman-teman sih biasa memanggil aku dengan sebutan Reno. Aku sekolah di salah satu SMA Negeri Jakarta. Masalahku dengan cinta tak serumit yang lainnya rasakan, aku mempunyai pacar bernama Maharani Dwiputri (Rani). Banyak yang menyebut kalo kita ini pasangan yang cocok dan serasi. Padahal hubungan kita pun tidak seindah yang mereka bayangkan.
                Saat di sekolah pun kita berdua jarang sekali berbicara bahkan bertemu, mungkin karena terlalu banyak kegiatan diantara kita. Tapi hal itu sudah aku anggap biasa. Rani pacarku sering sekali merasa cemburu ketika aku dekat atau menjalin hubungan dengan cewe lain, padahal kita cuma temenan. Dengan begitu aku bisa lebih merasa seperti dimiliki olehnya. Senangnya …


                “Rani .. pulang bareng yuuk?”
                “aku lagi banyak tugas no, aku mau kerja kelompok dulu yaa..”
                “Oke deh, pulangnya nanti hati-hati ya..”
                “Sipp deh no!!”
                Rani selalu saja menolak untuk aku ajak untuk pulang bareng, jarak dari rumahnya ke sekolah memang tak begitu jauh sih. Tapi kita sangat jarang sekali bisa pulang bareng dan jalan untuk melepas stress sekolah.Rani juga selalu cuek ketika aku ajak bicara, pasti dia selalu mengalihkan pembicaraan jika aku membahas masalah hubungan kita. Entah apa yang ada di pikirannya Rani, mungkin pacaran adalah sebagai status kita berhubungan. Padahal aku selalu mengharap banyak dari hubungan kita. Tapi biarlah, aku harus tetap menerima Rani apa adanya.
                “Yaudah lah no, mungkin ini cobaan buat lo. Supaya lu bisa lebih deket sama Rani”
                “Iaa ne, tapi kan kalo gini terus gua bisa bosen sama Rani” dengan nada sedikit membentak
                “Sabar.. sabar, kenapa ga lo coba untuk ngasi perhatian yang lebih ke Rani, mungkin  dengan      begitu dia bisa berubah”
                “Mungkin .. oke deh tks banget ya ne udah dengerin curhatan gua.. Night”
                “Sama – sama no, night..”
                Aku emang terbiasa curhat kepada Ane sahabatku dan juga tetanggaku, aku sering menelpon dia ketika aku ada masalah dengan Rani. Ane juga selalu sabar mendengarkan bahkan memberi solusi tentang curhatanku. Dia memang sahabat yang baik.
                Kebetulan hari ini adalah hari pertama aku masuk les bahasa Inggris, aku memang sudah lama ingin belajar di tempat les ini. Bertemu dengan teman baru dan komunitas baru. Dengan les ini, aku bisa melupakan masalahku dengan Rani sejenak, karena dengan adanya kegiatan baru otomatis perhatianku akan terbagi. Tidak selamanya harus ke Rani.
                Di sini aku berkenalan dengan cewe bernama  Septa Veriskania, aku lumayan dekat sih dengan dia. Walaupun aku punya Rani, tapi tetep aja aku lebih merasa nyaman apabila aku dekat dengan Septa. Karena Rani tidak pernah bisa membuat aku memiliki rasa untuk bisa tertawa dan suasananya menjadi hangat. Apa yang selama ini aku ingin dari Rani bisa aku dapat dari Septa secara tidak langsung. Memang apa yang aku lakukan ini sangatlah tidak manusiawi, karena aku secara tidak langsung sudah menduakan cinta Rani.
                Tapi di satu sisi akupun berpikir, kalau Rani sampai tahu aku berbuat begini. Bagaimana perasaannya ? pasti akan sakit. Tapi selama ini, aku dengan dia pun juga tidak pernah menjalin hubungan yang nyaman. Selalu saja kita bersikap dingin satu sama lain. Membingungkan.
                “Sep, Sabtu besok mau jalan ga ? “
                “ Kemana no..?
                “ Ya.. kita sekedar jalan biasa aja,nonton gitu”
                “Siapa aja ?”
                “Berdua aja gimana?”
                “Yaudah, janjian jam 11 ya no..”
                “Oke Sep..”

                Akupun memutuskan untuk jalan berdua saja dengan Septa, karena Rani selalu saja ada alasan jika aku minta untuk jalan berdua. Antara aku dan Rani memang sangatlah rumit hubungannya.
                Ketika aku jalan dengan Septa, aku bisa merasakan hal yang tidak biasa aku rasakan. Di sini aku bisa merasakan kehangatan dari ramahnya senyum serta tawa yang dikeluarakan oleh Septa. Akupun sempat tertarik untuk melihat senyumnya lebih lama. Karena memang aku merasakan ada hal yang berbeda di hatiku setelah melihat senyumnya . AKU JATUH CINTA LAGI ?? Yap, sepertinya itu yang aku rasakan. Waduh, sangatlah gawat jika ini berlanjut. Mau aku kemanakan si Rani??
                “Brengsek banget lo no !!” bentak  Ane
                “Ya, mau gimana lagi ne. Sekarang Rani aja udah ga begitu peduli ke gua, jadi wajar dong”
                “Tapi ga sampe begitu  Aulrenno Dimaswara …”
                “Gua tau, gua emang parah. Tapi kalo lu kondisinya kaya gua gimana?”
                “Ya juga sih, lu engga sepenuhnya salah. Tapi gua kasihan sama Rani”
                “Jangan bilang Rani dulu ne, takutnya nanti jadi salah paham”
                “Oke oke, udah sana pulang. Udah malem no”
                “Sipp, bye Ane ..”
Saat aku pulang dari jalan bersama Septa aku langsung menghampiri Ane untuk bicara mengenai apa yang aku rasakan. Dan sepanjang jalan dari rumah Ane menuju ke rumahku, aku merasakan hal yang sangat aneh. Suka, senang, panik, merasa bersalah, takut jadi satu. Disatu sisi aku merasa bahwa aku sedang merasakan hatiku seperti ada yang memberikan sensasi luar biasa, tapi aku juga merasa bahwa aku adalah apa yang Ane katakan tadi.
                Sejenak aku merenung atas apa yang telah aku lakukan, aku seperti manusia yang tidak bersyukur. Aku telah mendapatkan Rani yang sangat baik dan sabar. Tetapi aku malah menjalin hubungan lain dengan Septa, seorang yang baru aku kenal di tempat les. Rani dan Septa sebenernya berasal dari daerah yang sama Bandung. Tapi mereka kok punya kebiasaan dan sikap yang beda ya?
Rani jika bersamaku selalu saja sikpanya itu dingin, dan enggan untuk berbicara denganku. Sedangkan Septa, dia selalu saja bisa member topic pembeciraan yang mengundang senyum dan gelak tawa diantara kita.
                Sungguh sebuah jalan serta pilihan yang rumit untuk ditempuh. Jika aku adalah atlet sepeda, mungkin aku sedang menghadapi jalan tanjakan yang terjal. Atau jika aku menjadi peserta OSN, aku sedang menhadapi soal yang sulit untuk dipecahkan. Atau mungkin antara Arsitek dengan konstruksi bangunannya yang kompleks, atau seperti orang yang terjebak dalam indahnya fatamorgana, atau seperti bajak laut yang sedang berusaha keras untuk menembus derasnya ombak saat badai.  Semua itu adalah hal-hal yang sedang aku rasakan.
                Saat di sekolah, aku bertemu dan berbicara dengan Rani. Sesaat aku coba untuk bisa merasakan bahwa Rani adalah Septa, supaya aku bisa membuat topic pembicaraan kita tidak monoton. Upaya ku lumayan berhasil, tetapi setelah kita tertawa kita kembali menjadi personal yang dingin. Berat hati rasanya untuk bisa jujur atas apa yang aku lakukan belakangan ini. Kalau aku sering jalan dengan Septa dan aku sempat merasa jatuh cinta dengannya. Ketika aku merasa sudah cukup berani untuk berkata, tiba-tiba saja luluh dengan tatapan dan senyum Rani yang khas. Rasa iba pun datang dan aku peluk Rani sambil berkata dalam hati. ( aku minta maaf Ran, mungkin aku ga sesempurna yang kamu kira) .
                Setelah itupun aku mengantar Rani pulang ke rumahnya, dan ketika aku hendak pulang dari rumahnya tiba-tiba saja Rani memanggil.
                “Reno !! .. hp km ketinggalan, tadi kan kamu nitip sama aku”
                “Ohh iaa, waduh untung aja Ran makasih ya”
                “iaa, sama-sama”

                Wajah Rani yang tadinya senyum dan bisa merasakan bahagia kok tiba-tiba saja berubah menjadi merenung dan sedih. Ada apa yaa. Itulah hal yang aku pikirkan setelah mengantar Rani pulang ke rumahnya. Apa dia emang punya kelainan dengan perasaan atau memang perasaannya sangat sensitif. Ya sudahlah biarkan, mungkin dia hanya  kecapean karena terlalu sibuk di sekolah.
                Sesampainya aku di rumah, dering hp ku pun berbunyi menandakan bahwa ada SMS yang masuk. Ternyata Rani mengirim SMS.
                “No, kalau kamu emang udah bosen sama aku bilang aja”
                “Bosen kenapa ?”
                “Ya aku tau lah, dari cara kamu ke aku juga udah kaya gitu”
                “Emang ada apa sih Ran, aku masih ga ngerti. Coba Jelasin deh”
                “Septa siapa .. ?”
(aduuh, jangan-jangan tadi dia baca SMS dari Septa kemaren. Waaah gawat gawat)
                Dengan getar getir aku berusaha untuk bisa menjelaskan siapa dan apa yang terjadi antara aku dengan Septa. Mungkin saja selama dia duduk di motor, dia membaca SMS ku dengan Speta. Dan hal itulah alasan kenapa tadi Rani tiba-tiba mukanya langsung kecut.
                “Septa itu teman aku les Ran”
                “Oh yang kaya gitu kamu bilang temen?”
                “Kok kamu bilang begitu sih?”
                “Yaudah lah No, ternyata selama ini anggapan aku itu benar kalau kamu emang playboy!”
                “Ran, maaf yaa”
`               Rani tidak membalas lagi SMS ku semenjak itu, waduh gawat nih kalau sampai berlanjut. Rani pastilah sangat marah dan kesal sama aku. Memang ini semua terlalu beresiko, aku sudah mengira nanti bakal terjadi seperti ini. Apa hubungan ku dengan Rani akan berakhir seperti ini? Sebenernya aku masih sayang sama Rani. Tapi, kenapa Rani itu selalu saja cuek dengan hubungan kita ..?
                “Ya wajarlah no kalo dia marah, udah minta maaf?”
                “Udah kok ne,tapi dia ga bales lagi. Ditelpon juga ga diangkat”
                “Ya biarin aja dulu. Mungkin dia lagi ingin sendiri”
                “Kira-kira ne, hubungan kaya gini bisa langgeng ga ya?”
                “Yah, lagi kaya gini malah ngomongin kaya gituan. Liat entar deh”
                “Yaudah, tks ya ane.. Malam”
                “Malam kakak Rino :D , makanya jangan jadi playboy ka hehe. Piss”
Saat itu juga aku SMS ane untuk curhat, dia bilang memang aku yang salah sih. Yasudahlah kita liat aja untuk kedepan akan seperti apa.
                Besoknya aku coba untuk bertemu dan berbicara dengan Rani. Dia masih belum bisa terima kondisi ini. Walau sudah aku jelaskan semuanya ke Rani. Tapi di satu sisi, aku juga malah semakin terjerumus kedalam perasaan ke Septa. Septa selalu saja memberikan perhatian setiap saat.
                Septa memang gadis yang manis, cantik, smart dan asik bila diajak jalan. Rani adalah gadis yang cantik, baik, penyabar, penyabar, dan dia selalu ada ketika ku butuh. Tapi Rani tidak bisa seperti Septa yang bisa di ajak enjoy dan ceria. Selalu saja kita bersikap dingin atas hubungan kita. Penyebab hal inipun aku juga tidak tahu. Apa yang terjadi pada Rani sehingga dia selalu saja cuek terhadap ku.
                Aku akhirnya mencoba untuk mendekati sahabatnya Rani di sekolah, setelah mendengar penjelasan dari sahabat Rani tersebut aku langsung ingin menangis serta meminta maaf kepada Rani. Karena alasan kenapa Rani selalu saja bersikap cuek dengan aku adalah aku dianggap Rani seperti orang yang tidak mengerti perasaannya. Dia ingin aku cemburu apabila dia sedang dekat dengan cowo lain, dia juga menginginkan aku lebih protect terhadapnya, dan juga yang paling membuat dia jutek adalah karena aku sering melakukan kontak dengan cewe lain di Facebook, twitter, SMS bahkan secara langsung. Duuh sungguh sangat menyesal, kenapa ya aku lakukan itu semua. Aku melakukan itu kan juga karena aku tidak mendapat perhatian dari Rani. Sehingga akupun mencari kehidupan lain dengan melakukan kontak dengan cewe lain.
                Aku harus menemui Rani dan menjelaskan semuanya. Masalah ini jangan sampai terlarut hingga berakhir buruk. Di saat seperti ini Septa selalu saja mencoba untuk mendapatkan perhatianku, maaf Septa hatiku memang pernah bersinggah di hatimu untuk sementara. Tetapi hati yang sesungguhnya aku pilih adalah Rani, karena ada cinta yang bersemi serta sudah tertanam dalam dalam hati.
                Aku sudah jelaskan semuanya kepada Rani, Rani pun juga menerima penjelasan serta alasan ku untuk bertindak apa yang aku lakukan selama ini. Kita pun mempunyai komitmen untuk tidak melakukan ini lagi. Dan kita juga berharap hal ini tidak akan terulang lagi. Di satu sisi, Septa menjadi kesal terhadap apa yang aku berikan padanya. Aku memberi tahu bahwa aku sudah memiliki pacar bernama Maharani, awalnya dia tidak percaya. Tetapi setelah dia memeriksanya di hp, dia tiba-tiba saja langsung marah dan kesal. Maaf Septa, bukan maksud tuk membuat hatimu kacau seperti ini. Tapi cintalah yang telah memilih untuk aku bisa kembali bersama Rani.
                Memang berat hati untuk bisa memilih, tetapi aku lebih memilih siapa yang telah ikhlas sabar serta mendampingiku selama ini. Maharani Dwiputri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar