TRIP
Hubunganku dengan Rani ternyata tidak dapat dipertahankan sampai kami dapat menjalin hubungan sebagai suami istri, dan dapat menjadi yang halal baginya. Tapi walau begitu aku dapat mengerti betul bagaimana alasan serta perasaan Rani saat dia memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kita. Itu semua memang karena kesalahanku yang terlalu sering membuat dia sakit hati. Membuat hati serta matanya meneteskan air mata hanya karena kelakuanku yang terbilang cukup bejat. Huuuhm, susah memang menjalani itu semua. Dimana semua perbuatan akan mendapat resiko dan kita harus menanggapi itu.
Saat ini kita hanya berteman , walau begitu aku kadang merasa kita masih merasa ada hubungan yang mengikat. Tapi aku takut hal ini malah membuat Rani semakin sakit hati ketika aku dekat dengan cewe lain. Sulit memang untuk menjalani ini semua, ya tapi mau bagaimana lagi. Aku takut dia malah menjadi cemburu tak bertuan, karena kita saat ini tidak ada hubungan. Tapi kalau kita tetap dekat seperti ini malah nanti dia akan sakit hati lagi.
Tapi kalau memang ini yang dia inginkan, dan diapilihanyang dia pilih mau gimana lagi. Aku akan mengikuti arus perjalanan hubungan kita seperti air yang mengalir. Semua resiko juga dia yang akan menanggung. Hari-hari berlalu dan aku masih saja menganggap kalau Rani itu pacarku. Memang susah untuk melupakan orang yang sudah sangat kita sayang dan cintai. Dan sekarang malah aku yang merasa sakit hati ketika dia dekat dengan cowo lain. Hadeh, kok malah jadi hukum karma gini.
Sekarang aku menjadi cemburu buta tak bertuan dengan si Rani, di satu sisi aku memang sayang dengan dia. Akan tetapi aku sekarang tidak ada hubungan yang mengikat denganya. Jadi susah untuk mengapresiasikan amarah serta cemburuku ini kepada siapa. Hal inilah yang membuat aku menjadi berubah sikap, mulai dari kelakuan sehari-hari, gaya berbicara, pola pikiran dll. Semuanya berubah semenjak aku menjadi single.
Rani pun sempat menanyakan bagaimana kabarku dan sikapku yang berubah. Ya aku jawab saja kalau aku itu lagi kurang fit belakangan ini dan terlalu sibuk sehingga aku menjadi pendiam. Rani memang cewe yang sangat istimewa bagiku, dalam keadaan seperti ini hanya dia yang bisa membuat suasana ku yang tadinya suram dan cemburu buta bisa lupa akan itu semua. Aku dapat tertawa lepas dan melupakan bahwa kita ini sudah putus. Tapi ketika aku mengantarnya pulang sekolah dan aku sampai di gerbang rumahnya, tiba-tiba dia menanyakan kebijakannya tentang putus. Dia memastikan bahwa aku tidak apa-apa setelah putus. Dia sepertinya memang menginginkan hal ini, berkali-kali Rani berkata “ kamu ga kenapa-kenapa kan Ren kalau kita gini? Yaa yaa .. “
Dengan berat hati aku mengangguk dan aku mencoba untuk tersenyum dan tegar menatap wajahnya. Setelah itu aku pulang dengan keadaan kacau dan lunglai.
Sedikit rasa kecewa akan kenapa aku terlalu bodoh membiarkan hal ini terjadi terus menghantuiku. Hanya Sholat yang dapat membuat aku tenang dan akan masalah ini. Mungkin ini memang jalan takdir yang harus kualami karena dulu aku sering membuat Rani sakit hati. Terlepas dari itu semua kini aku dapat menjalin hubungan teman yang baik dengan Rani.
Aku dan Rani banyak yang mengira kalau kita itu balikan bahkan ada yang bilang kalau kita itu putus bohong-bohongan. Haha biarkanlah orang berkata apa, yang terpenting saat ini aku ingin membuat Rani bahagia dengan status hubungan yang seperti ini. Tapi aku merasa aku bisa menjadi lebih dekat dengan Rani ketika hubunganku seperti ini ketimbang aku pacaran. Tapi ya kita jarang bahkan sudah tidak pernah jalan lagi semenjak kita putus. Biarlah, bukan jalan yang membuat aku dan Rani bisa enjoy dengan status ini, tetapi ketulusan, kepercayaan, dan kasih sayanglah yang membuat itu semua terjalin.
“Ane, hehehe lagi apa nih ?”
“Diih kakak ngagetin aja, aku lagi nyiram tanaman nih ka. Kakak baru pulang ya?”
“Iaa nih, mampir bentar boleh kan.. “
“Boleh lah, oh iya kk gimana sama Rani? Baik aja kan..”
“Baik ne, tapi awalnya sih gitu. Aga menyakitkan “
“Yaah, yaudah pulang dulu sana ka. Bau asem nih kk “
“Oke oke, nanti lanjutin yaa.. Bye”
Sepulang sekolah aku menyempatkan untuk mampir sebentar ke rumah Ane untuk menyapa dia. Ya aku sebenernya sempat ada rasa suka sih sama Ane. Tapi itu duuuuuluuuuuuu. Hehe dasar ya sifat aku ini memang sangatlah tidak baik. Pantas Rani seperti ini sama aku. Lupakan Ane, saat ini aku akan bersiap untuk les dan aku akan bertemu Septa. Hum jujur setelah kejadian waktu itu aku menjadi merasa tak enak dengan dia. Septa menjadi acuh ketika aku menyapa dia, padahal aku hanya ingin berteman baik dengannya. Mungkin Septa sudah merasa kecewa berat akan sikap aku kepadanya waktu aku memilih Rani sebagai pendamping hidupku. Hari ini aku berencana untuk meminta maaf kepada Septa akan kesalahan yang pernah aku perbuat karena sudah memberi harapan kosong kepadanya.
Aku sengaja dating lebih awal untuk bisa bertemu dengan Septa dan meminta maaf padanya, yup dia datang lebih awal juga sama sepertiku tetapi dia datang dengan teman-temannya. Aku sempat ingin menggugurkan niat serta rencana untuk meminta maaf secara langsung malam ini. Ketika dia ingin jajan keluar tempat les ini, aku mengikuti dia untuk meminta maaf.
“Septa, hai .. “
“Hai, eh lo.. ada apa?”
“Engga kok, mau jajan ya?”
“Iya, lu?”
“Sama, hmmm btw maaf ya Sep buat yang kejadian waktu itu”
“Oh yang itu, udah lah lupain aja kali. Bikin bête kalo inget masalah itu”
“Ups, sorry sorry yaudah deh. Sebagai gantinya gimana kalo gua bayarin?”
“hmm gimana yaaa? .. hehehe yaudah” Septa nyengir sambil meninju kecil
“Haha dasar, masalah ginian aja langsung jadi kalem. Tadinya jutek minta ampun”
“Dih yaudah… biarin lagian sih bikin orang kesel aja weee”
Akhirnya pertemanan antara ku dengan Septa dapat kembali normal. Kita bisa kembali seperti saat kenal pertama kali. Terlepas dari itu semua aku sekarang ingin mencoba untuk tidak member harapan kosong lagi kepada cewe. Karena aku tidak ingin menyakiti dan mengecewakan cewe lagi. Tak terasa libur tahun akan segera datang, Septa mengajakku untuk jalan berdua dengannya pada saat kita libur nanti. Tapi aku belum langsung untuk memutuskannya. Karena aku masih takut kalau saja nanti Septa seperti dulu lagi dan kita tidak bisa berteman. Akhirnya dengan terpaksa aku bilang padanya kalau aku saat libur nanti tidak bisa jalan berdua dengannya. Untung saja Septa mengerti alasan yang aku berikan dan dia tidak terlalu kecewa karena aku menolaknya.
Esok harinya saat aku bertemu dengan Rani, kita berdua membicarakan tentang liburan tahun baru nanti. Rani sudah memutuskan untuk liburan bersama orang tuanya , aku masih belum terpikir akan kemana nanti. Ya paling-paling hanya stay at home saja. Sepulang sekolah aku terbesit untuk mampir ke agen travel untuk melihat berapa tarif yang ditawarkan jika aku ingin berlibur ke Jogja. Setelah dipikir-pikir lumayan juga harga tarifnya, berhubung aku masih mempunyai sisa tabungan akhir tahun kemaren. Baiklah bulat rencanku untuk tahun baru ini aku pergi ke Jogja untuk berlibur SENDIRI tanpa didampingi orang tua. Haha pengalaman yang menarik.
Setelah aku bicara kepada orang tuaku untuk meminta izin akan hal ini, mereka malah sangat mendukung pilihanku ini untuk berlibur sendiri. Supaya bisa belajar mandiri dan me manage uang sendiri, kata mereka. Oke Besoknya aku datang lagi kea gen travel tersebut dan aku memesan untuk paket liburan 5 hari. Yup, senang rasanya bisa berlibur sendiri tanpa harus didampingi orang tua. Walau begitu tetap saja kita harus hati-hati karena kita hanya sendiri dan tidak ada teman yang dapat menemani.
Senin pun tiba, aku sudah mempersiapkan segala keperluanku selama di Jogja nanti. Kedua orang tuaku mengantarkan ku ke Stasiun Gambir. Setelah agak lama menunggu kereta yang kunanti pun tiba. Akhirnya aku masuk dan mencari tempat duduk. Yup orang tuaku pulang dan aku pamit serta minta doa agar aku selamat selama liburan di Jogja. Haaah, cukup sedih ketika melihat mereka berdiam mematung melihatku duduk di gerbong kereta itu. Tapi ini sudah pilihanku untuk berlibur sendiri, mau ga mau aku harus terima resikonya, toh ini juga bahan pembalajaran ketika nanti kalau aku kuliah aku harus di luar kota. Aku mengemasi barang-barangku untuk diletakan di atas. Ketika aku hendak duduk, tanpa sengaja aku menyenggol seseorang dan dia terjatuh.
“Duuh, punya mata ga sih ?!” bentak orang itu.
(waduh gawat, orangnya marah. Eit tapi kok suaranya seperti aku kenal) gumamku
Ketika aku menoleh ke belakang. Waaaaaaaaa !! Aku kaget sekali ternyata itu adalah Maharani Dwiputri mantan pacarku yang terjatuh dan aku senggol tadi. Dia pun juga terbelalak melihat bahwa kita ada pada satu gerbong yang sama.
“Reno !! iihhh kok bisa ketemu di sini sih” kata Rani sambil mencoba berdiri
“Iya lah, kan gua liburan Ran. Nah lo, ngapain coba?”
“Ya sama, tapi gua Cuma sendiri karena orang tua lagi sibuk”
“Hmm gitu… “
Ternyata secara kebetulan kami duduk berdampingan dan kebetulan juga kami ternyata satu tempat tujuan yaitu “JOGJA”.
Selama perjalanan kami berbicara dan bercanda, karena memang sangat kebetulan sekali kita berdua ada pada satu kereta, satu gerbong, bahkan satu tempat duduk yang sama. Hmmm lumayan lah ada Rani, jadi perjalananku tidak membosankan.
“Ran, di sana mau nginep dimana?”
“hmm ga tau.. hehehe”
“Lah gimana sih? Stress lu ya..”
“Diih kok dibilang gitu sih Ren !! aturan bantuin kek nyariin buat mantan lu ini”
“ Ya tapi kan se engganya lu udah prepare Raniii.. Ga berubah-berubah ya sikap lu”
“Emang ga berubah weee, ya gimana Ren. Gua juga dadakan beli tiketnya”
“Yaudah-yaudah nanti gua cariin.”
“Yeeee baik deh (sambil nyubit hidungku)”
“Auuuch , issh sakit Ran !!”
“Biarin, kan dulu waktu kita pacaran lu sering gituin gua. Eh emang lu udah dapet hotel?”
“Ya udah lah, kenapa?”
“Engga, yaudah entar gua satu hotel aja sama lu biar ga ribet”
“Iyaa iyaaa..”
“Uyee, tapii entar km yang check in buat aku yaaaa…”
“Lah, siapa yang perlu.. Ogah”
“Ayolah Renooo, baik deh.. yaa yaa”
“Yaudah yaudah”
“Yaah ga ikhlas nih, yaudah gua entar nyari sendiri hotel yang lain!!”
“Yaampuun dasar anak manja, iaa Maharani Dwiputri…. Saya siap membantu anda”
“Nah gitu dong.. Sama mantan juga hehehe”
Ini dia jurus terjitu yang dimiliki oleh Rani. Entah kenapa aku selalu bisa terbius akan rayuan dari dia. Seakan terhipnotis, semua kegiatan yang aku lakukan, semua pikiran yang aku pikirkan bisa berhenti sejenak atau malah bisa terlupakan hanya karena Rani meminta sesuatu. Apa aku masih mempunyai rasa ya sama Rani, sehingga aku masih saja bisa menuruti apa kemauan dari Rani. Dia sungguh sosok yang dapat membuat sesuatu yang pahit menjadi manis, suram menjadi cerah, ramai menjadi sunyi, gelap menjadi terang, panas menjadi sejuk, dingin menjadi hangat, yang susah menjadi mudah, dan hanya karena dialah aku bisa mendapatkan cara untuk bersyukur kepada Allah akan nikmat yang telah diberikannya. Karena aku dapat mengenal serta akrab dengan Rani. Sungguh hanya karena Allahlah semua ini terjadi. Hmm Rani Rani.. Kamu salah satu perempuan yang berperan dalam hidupku.
Malam pun tiba, Rani sudah merasa ngantuk dan ingin istirahat. Semua percakapan kita terhenti hanya karena masing-masing dari kita semua sudah lelah berbagi canda dan tawa selama perjalanan. Rani dengan santainya bersandar di bahuku, dan sepertinya dia masih menganggap kalau aku ini masih menjadi pacarnya. Tapi …. Bubar bubar, haah jangan menghayal Reno, aku ini sudah tidak ada hubungan lagi dengan Rani. Rani pasti hanya menganggap aku sekarang sebegai teman biasa. Ini semua juga aku yang salah sih, kenapa waktu itu aku ga bisa bersabar untuk menerima sikap Rani yang cuek terhadap hubungan kita. Ya mau gimana lagi, semua sudah terjadi. Kita harus bisa menjalani semua ini dengan penuh kesabaran.
“Ren.. aku numpang bahu kamu ya, aku mau bersandar”
“Iaa Ran, ga pp kok. “
“Makasii….h”
Yaampun, Rani kelihatannya sangat ngantuk. Jadi merasa iba kalau melihat dia seperti ini. Cantik asli wajahnya kelihatan jelas saat ini. Terpantulkan dari cahaya lampu kereta yang meredup karena sudah malam. Sungguh suasana yang romantis. Tanpa tersadar, Rani mencengkram tangan kananku sangat keras. Rani tampak menggigil kedinginan, akhirnya aku selimuti saja dia dengan selimut yang diberikan oleh kereta. Wuaaaa berada dalam satu selimut?? Sumpah. Ini bener-bener ga terbayangkan, secara tidak langsung aku dan Rani tidur dalam satu selimut. Walau ini keadaannya saja yang berbeda, yaampun tidak menyangka sama sekali kalau akan seperti ini. Hanya disinari oleh lampu 5 watt, suara kereta yang terus menerus memberisiki telingaku, dan suara dengkuran dari penumpang lain, hembusan nafas Rani yang sangat terasa di leherku. Sungguh membuatku panas dingin dengan kondisi ini. Aku mencoba memeluk Rani dan tidur. Aku pandang wajahnya, dan seraya aku ingin sekali mengecup keningnya. Ku beranikan diri untuk bisa lebih dekat dengan Rani, hembusan nafasnya serta raut wajah yang kalem. Rani… aku masih sayang sama kamu. Ketika aku sudah mulai ingin mengecup keningnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar